Berikut ini urutannya:
− Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa 3X
− Tisarana
− Buddhāguna, Dhammāguna, Sanghāguna
− Bāhuṁ..... (Buddhajayamaṅgala Gāthā)
− Mahākā..... (Jaya Paritta)
− Itipiso...... (Buddhāguna) sebanyak umur tambah satu.
Ada seorang ibu yang bukan beragama Buddha, dia tinggal di Lad Prao (Bangkok). Umurnya 51 tahun. Dia seorang janda dan mempunyai seorang putra. Ibu ini sangat kaya dan mempunyai banyak tanah, mulai dari Klong Saen Saep hingga Lad Prao adalah 4 miliknya. Dia telah mejual banyak tanah senilai ratusan juta baht. Namun putranya tidak mau belajar dengan baik. Dia mengirim putranya untuk kuliah ke Amerika, namun putranya tidak belajar dengan baik. Semua yang dilakukan putranya hanya membeli mobil dan berfoya-foya saja. Dia menulis surat kepada ibunya bahwa dia sedang belajar dan hampir menyelesaikan kuliahnya, dan selalu minta uang tambahan 100.000 baht, kemudian 500.000 baht.....?
Akhirnya ibu ini pun tidak tahu harus ke mana untuk meminta nasehat. Para tukang ramal mengatakan bahwa dia harus membayar sejumlah uang untuk melakukan upacara tertentu agar putranya mau belajar dengan baik. Dia memberikan uang kepada para tukang ramal dan melakukan upacara sesuai permintaan tukang ramal, namun hasilnya sama saja. Putranya tetap tidak belajar dengan baik.
Kebetulan sekali ada seorang pria dari Singbhuri yang bekerja pada ibu itu. Suatu hari, mereka pergi bersama ke Nakhon Sawan dan dalam perjalanannya, terlintas di pikiran pria ini bahwa saya bisa membantu ibu itu. Dia menyarankan ibu itu untuk mampir ke vihara saya. Namun ibu itu tidak mau mampir. Lalu pria ini berpura-pura sakit perut dan mengatakan harus ke toilet, maka mereka mampir ke vihara saya. Lalu pria ini pergi ke toilet yang ada di vihara. Kemudian dia datang mencari saya dan meminta bantuan. Pada saat itu saya tidak tahu bahwa ibu itu bukan beragama Buddha. Pria ini berkata, “Tolong bantu dia, dia hanya mempunyai seorang putra. Dia sering meminjamkan saya uang.” Saya mengatakan biarlah saya melihatnya dulu. Lalu pria ini membawa ibu itu datang ke saya. Ibu itu mengatakan “Putra saya pergi belajar ke Amerika dan sekarang entah di mana. Saya baru tahu bahwa dia tidak menyelesaikan kuliahnya. Dia selalu membuat onar dengan mengajak sesama mahasiswa Thai. Saya selalu gelisah. Adakah cara yang bisa Anda bantu?” Dengan melihat wajahnya, saya bisa mengatakan bahwa putranya dengan pasti akan mendapatkan gelar Masternya dan kemudian gelar Doktor, tetapi mengapa dia gagal dalam belajar?
Caranya: Saya beritahu dia, “Umat, Anda harus membaca paritta, baca paritta Itipiso..... sebanyak 52 kali sehari.” Pada saat itu umurnya 51 tahun. Ibu itu mengatakan “Saya tidak boleh baca 5 paritta, saya bukan beragama Buddha.” Jadi hari itu dia menolak dan tidak mau melakukannya. Itu adalah kejadian sekitar 4 atau 5 bulan yang lalu sebelum dia datang kembali, saya masih ingat wajahnya. Kali ini tidak ada orang yang membawanya kemari. Dia datang atas kemauan sendiri dengan ditemani 2 temannya.
Dia mengatakan “Saya menyerah”. Saya bilang “Lakukan ini, umat. Pergi dan belilah buku paritta.”
“Saya tidak ingin mempunyai buku paritta di dalam rumah, tidak bisakah itu dituliskan saja untuk saya?”
Jadi saya harus menuliskannya. “Ini dia, Buddhāguna, Dhammāguna, Sanghāguna, Bāhuṁ dan Mahākā.”
“Saya tidak boleh menghormat patung Buddha, bolehkah saya hanya membaca paritta saja?”
“Di tempat tidur, cukup baca parittanya saja.”
“Tapi saya tidak tahu cara melafalkan parittanya.”
“Cukup baca saja.”
“Dan bagaimana saya tahu kalau saya sudah mencapai 52 kali?”
“Gunakan korek api atau tusuk gigi. Ambil satu setiap kali membaca Itipiso..... Cuma itu saja.....”
Akhirnya dia bertekad untuk mencobanya. Saya mengatakan “Setelah Anda selesai membaca paritta, pancarkanlah pikiran cinta kasih kepada putramu. Jangan membenci atau memarahi dia, jangan menyumpahi dia. Doakan dia mencapai semua kebaikan, mendapatkan kebahagiaan dan menyelesaikan kuliah dengan sukses.”
Dalam 3 bulan dia dapat membaca paritta dengan lancar. Tidak lama kemudian dia sudah tidak perlu menggunakan korek api lagi.
Ada 2 hasil yang dicapai:
Yang pertama, kegelisahannya telah lenyap. Dia dapat makan dan tidur dengan damai dan lebih ceria. Karena bisa tidur dengan nyenyak maka pikirannya menjadi lebih bahagia. Dia mulai 6 merasakan hasil dedikasi pelimpahan jasanya telah diterima putranya. Ketika seorang ibu melimpahkan jasa kepada anaknya, dia akan mengetahuinya. Hari itu dedikasi pelimpahan jasanya mencapai putranya. Hari itu tepat 6 bulan sejak dia belajar membaca paritta. Saya mencatatnya. Hari itu putranya mengajak sekelompok teman Thai dalam mobilnya. Mobilnya menabrak tiang listrik. Temantemannya yang ada di bangku belakang terlempar keluar dari mobil dan tidak ada yang mati ataupun terluka. Tetapi dia menabrak roda kemudi dan dalam keadaan koma. Dan harus dibawa ke rumah sakit. Untung salah satu sepupunya adalah seorang dokter di Amerika. Sepupunya menjenguknya di rumah sakit dan kelihatannya dia hanya mempunya sedikit harapan hidup. Dia sekarat dan harus memakai oksigen.
Hari berikutnya, dia membuka matanya dan menyadari bahwa dia masih hidup tetapi dia tahu bahwa dia sedang sakit parah. Dia merasa dia akan mati dan air matanya mengucur. Dia teringat dan rindu dengan ibunya. Orang-orang selalu seperti ini, hanya pada saat menderita saja mereka akan teringat ibunya. Ketika mereka sedang bahagia, mereka tidak pernah ingat ibunya. Bahkan orang yang sudah lanjut usia, 80 tahun, pada saat menjelang kematian akan selalu teringat ibunya, walaupun ibunya telah lama meninggal.
Itulah kekuatan pelimpahan jasa dari ibu kepada anaknya, sehingga anaknya selamat.
Hasil yang kedua, putra ibu ini mulai ingat dan sangat rindu dengan ibunya. “Jika ibu tahu bahwa saya tidak belajar dengan baik, maka ibu pasti sangat kecewa!” Dia memutuskan untuk mencoba menyelesaikan kuliahnya setelah dia sembuh. Ibunya sangat bahagia pada saat tahu bahwa putranya telah berubah dan melanjutkan kuliahnya. Ibunya datang ke vihara dan mempersembahkan dana makanan.
Akhirnya pada saat putranya kembali dari Amerika, ibu ini membawamya kemari. Saya memberikan kepada putranya sebuah liontin Buddha. Dia menceritakan apa yang telah terjadi. Setelah dia sembuh total, dia mulai membaca paritta dan bermeditasi di vihara Thai yang berada di Amerika dan belajar meditasi pandangan terang dengan serius. Akhirnya dia menyelesaikan gelar sarjana B.A. dan 7 M.A. Dan saya tahu dia juga akan mendapatkan gelar Doktornya.
Ini adalah salah satu contoh manfaat dari membaca paritta. Saya beritahu Anda, bahwa anak-anak atau siapapun juga harus mengalami penderitaan dulu , baru mereka akan ingat ibunya. Selama mereka belum mengalami penderitaan, jika Anda terus kasih mereka uang, mereka akan terus belanjakan dan berfoya-foya. Mereka tidak akan ingat ibunya. Mereka harus menderita terdahulu sebelum melihat kebenaran dan melihat hati dan pikirannya sendiri. Putranya datang dan mengatakan kepada saya, “Luang Poh, saya tidak pernah memikirkan ibu saya selama 3 atau 4 tahun di Amerika. Tetapi pada saat saya di rumah sakit, saya teringat dan rindu sekali dengan ibu saya. Saya teringat bagaimana ibu memasakkan makanan buat saya. Lalu saya pulang kemari. Ibu memberitahu saya bahwa Luang Poh telah membantu saya.”
Ini adalah contoh yang sangat jelas dari manfaat membaca paritta. Jadi saya membuat buku kecil paritta ini. Jika Anda mengalami masa-masa sulit, ketidakberuntungan, bacalah Buddhaguna.
Saya menyarankan umat untuk membaca paritta Bāhuṁ dan Mahākā jika mereka datang kepada saya. Mengapa? Karena paritta Bāhuṁ dan Mahākā adalah yang paling berharga dari semua paritta dan menpunyai efek yang paling kuat. Paritta ini menceritakan kemenangan sempurna Sang Buddha, mengalahkan Māra, Yakkha Ālavaka, Gajah Nālāgiri, Aṅgulimāla, Ciñca, Saccaka, Nāga Nandopananda dan Brahma Baka. Siapun juga yang membaca ini secara teratur setiap hari, akan selalu mendapatkan kemenangan, kemakmuran dan ketenaran. Bahkan jika meninggal, dia akan terlahir di alam bahagia.
Semoga Anda semua membaca Bāhuṁ dan Mahākā. Tidak hanya akan melindungi Anda, tetapi juga akan melindungi keluarga Anda. Jiak setiap orang membaca paritta ini, negara kita akan diberkahi dengan kemakmuran, semua kekerasan akan lenyap.
Paritta Bāhuṁ dan Mahākā sebaiknya dibaca oleh setiap rumah tangga. Semakin banyak dibaca, semakin banyak kedamaian dan kemakmuran yang didapati.
Semoga buku kecil ini bermanfaat bagi Anda sekeluarga......
Cara membaca Paritta
Bacalah paritta mulai dari halaman 10 sampai 13 (baris terakhir Sabbasanghā-nubhāvena Sadā sotthī bhavantu te).
Kemudian baca paritta Itipiso.... (Buddhaguna di halaman 13) sebanyak umur Anda ditambah satu.
Sesudah itu, bacalah Mettā bhāvanā (Pemancaran Cinta Kasih) di halaman 14, kemudian diikuti dengan Pattidāna (Pelimpahan Jasa).
Setelah selesai, Anda dapat mengungkapkan apa yang Anda inginkan dalam hati. Semoga cita-cita Anda tercapai.
Ini urutannya:
Vandanā
Ti-saraṇa
Buddhaguṇa
Dhammaguṇa
Sanghaguṇa
BuddhaJayamaṅgala Gāthā
Jaya Paritta
Buddhaguṇa (sebanyak umur Anda ditambah satu)
Mettā bhāvanā
Pattidāna
Paritta
Vandanā
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (tiga kali)
Ti-saraṇa
Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi
Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi
Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi
Dutiyampi Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi
Dutiyampi Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi
Dutiyampi Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi
Tatiyampi Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi
Tatiyampi Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi
Tatiyampi Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi
Buddhaguṇa
Itipi so bhagavā arahaṁ sammāsambuddho,
Vijjācaraṇa-sampanno sugato lokavidū,
Anuttaro purisadammasārathi,
Satthā devamanussānaṁ, buddho bhagavāti.
Dhammaguṇa
Svākkhāto bhagavatā dhammo,
Sandiṭṭhiko akāliko ehipassiko,
Opanayiko paccattaṁ veditabbo viññūhīti.
Sanghaguṇa
Supaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho,
Ujupaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho,
Ñāyapaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho,
Sāmīcipaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho,
Yadidaṁ cattāri purisayugāni aṭṭhapurisapuggalā,
Esa bhagavato sāvakasaṅgho,
Āhuneyyo pāhuneyyo dakkhiṇeyyo añjalikaraṇīyo,
Anuttaraṁ puññakkhettaṁ lokassāti.
BuddhaJayamaṅgala Gāthā
Bāhuṁ sahassama-bhinimmita-sāvudhantaṁ
Grīmekhalaṁ uditaghora-sasenamāraṁ
Dānādi-dhammavidhinā jitavā munindo
Tantejasā bhavatu te jayamaṅgalāni
Mārātirekama-bhiyujjhita-sabbarattiṁ
Ghoram-panāḷavakamak-khamathaddha-yakkhaṁ
Khantīsudanta-vidhinā jitavā munindo
Tantejasā bhavatu te jayamaṅgalāni
Nāḷāgiriṁ gajavaraṁ atimattabhūtaṁ
Dāvaggi-cakkamasanīva sudāruṇantaṁ
Mettambu-sekavidhinā jitavā munindo
Tantejasā bhavatu te jayamaṅgalāni
Ukkhitta-khaggamatihattha-sudāruṇantaṁ
Dhāvan-tiyojana-pathaṅguli-mālavantaṁ
Iddhī-bhisaṅkhata-mano jitavā munindo
Tantejasā bhavatu te jayamaṅgalāni
Katvāna kaṭṭhamu-daraṁ iva gabbhinīyā
Ciñcāya duṭṭhavacanaṁ janakāya-majjhe
Santena somavidhinā jitavā munindo
Tantejasā bhavatu te jayamaṅgalāni
Saccaṁ vihāya matisaccaka-vādaketuṁ
Vādābhiropita-manaṁ atiandha-bhūtaṁ
Paññāpadīpa-jalito jitavā munindo
Tantejasā bhavatu te jayamaṅgalāni
Nandopananda-bhujagaṁ vibudhaṁ mahiddhiṁ
Puttena therabhujagena damāpayanto
Iddhūpadesa-vidhinā jitavā munindo
Tantejasā bhavatu te jayamaṅgalāni
Duggāha-diṭṭhi-bhujagena sudaṭṭha-hatthaṁ
Brahmaṁ visuddhi-jutimiddhi-bakābhidhānaṁ
Ñāṇāgadena vidhinā jitavā munindo
Tantejasā bhavatu te jayamaṅgalāni
Etāpi buddha-jayamaṅgala-aṭṭhagāthā
Yo vācano dinadine sarate matandī
Hitvānaneka-vividhāni cupaddavāni
Mokkhaṁ sukhaṁ adhigameyya naro sapañño
Jaya Paritta
Mahākāruṇiko nātho Hitāya sabbapāṇinaṁ
Pūretvā pāramī sabbā Patto sambodhimuttamaṁ
Etena saccavajjena Hotu te jayamaṅgalaṁ
Jayanto bodhiyā mūle Sakyānaṁ nandivaḍḍhano
Evaṁ tvaṁ vijayo hohi Jayassu jayamaṅgale
Aparājitapallaṅke Sīse paṭhavipokkhare
Abhiseke sabbabuddhānaṁ Aggappatto pamodati
Sunakkhattaṁ sumaṅgalaṁ Supabhātaṁ suhuṭṭhitaṁ
Sukhaṇo sumuhutto ca Suyiṭṭhaṁ brahmacārisu
Padakkhiṇaṁ kāyakammaṁ Vācākammaṁ padakkhiṇaṁ
Padakkhiṇaṁ manokammaṁ Paṇidhī te padakkhiṇā
Padakkhiṇāni katvāna Labhantatthe padakkhiṇe
Bhavatu sabbamaṅgalaṁ Rakkhantu sabbadevatā
Sabbabuddhā-nubhāvena Sadā sotthī bhavantu te
Bhavatu sabbamaṅgalaṁ Rakkhantu sabbadevatā
Sabbadhammā-nubhāvena Sadā sotthī bhavantu te
Bhavatu sabbamaṅgalaṁ Rakkhantu sabbadevatā
Sabbasanghā-nubhāvena Sadā sotthī bhavantu te
Buddhaguṇa
Itipi so bhagavā arahaṁ sammāsambuddho,
Vijjācaraṇa-sampanno sugato lokavidū,
Anuttaro purisadammasārathi,
Satthā devamanussānaṁ, buddho bhagavāti.
(Ulangi sebanyak umur Anda ditambah satu)
Mettā bhāvanā
Sabbe sattā sukhī hontu
Averā hontu Abyāpajjhā hontu
Anīghā hontu
Sukhī attānaṁ pariharantu
Pattidāna
Idaṁ me mātāpitūnaṁ hotu
Sukhitā hontu mātāpitaro
Idaṁ me ñātinaṁ hotu
Sukhitā hontu ñātayo
Idaṁ me gurūpajjhāyācariyānaṁ hotu
Sukhitā hontu gurūpajjhāyācariyā
Idaṁ sabba devānaṁ hotu
Sukhitā hontu sabbe devā
Idaṁ sabba petānaṁ hotu
Sukhitā hontu sabbe petā
Idaṁ sabba verīnaṁ hotu
Sukhitā hontu sabbe verī
Idaṁ sabba sattānaṁ hotu
Sukhitā hontu sabbe sattā
Arti Paritta
Vandanā
(Penghormatan kepada Sang Buddha)
Terpujilah Sang Bhagava, Yang Mahasuci, Yang telah Mencapai Penerangan Sempurna (tiga kali)
Ti-saraṇa
(Tiga Perlindungan)
Aku berlindung kepada Buddha
Aku berlindung kepada Dhamma
Aku berlindung kepada Sangha
Kedua kalinya aku berlindung kepada Buddha
Kedua kalinya aku berlindung kepada Dhamma
Kedua kalinya aku berlindung kepada Sangha
Ketiga kalinya aku berlindung kepada Buddha
Ketiga kalinya aku berlindung kepada Dhamma
Ketiga kalinya aku berlindung kepada Sangha
Buddhaguṇa / Buddhānussati
(Perenungan Terhadap Buddha)
Karena itulah Sang Bhagava, Beliau adalah Yang Mahasuci, Yang telah Mencapai Penerangan Sempurna, Sempurna Pengetahuan serta Tindak-tanduk-Nya, Sempurna Menempuh Jalan ke Nibbana, Pengetahu Segenap Alam, Pembimbing Manusia yang Tiada Taranya, Guru para Dewa dan Manusia, Yang Sadar, Yang Patut Dimuliakan.
Dhammaguṇa / Dhammānussati
(Perenungan Terhadap Dhamma)
Dhamma telah sempurna dibabarkan oleh Sang Bhagava, terlihat amat jelas, tak bersela waktu, mengundang untuk dibuktikan, patut diarahkan ke dalam batin, dapat dihayati oleh para bijaksanawan dalam batin masing-masing.
Sanghaguṇa / Sanghānussati
(Perenungan Terhadap Sangha)
Sangha siswa Sang Bhagava telah bertindak baik,
Sangha siswa Sang Bhagava telah bertindak lurus,
Sangha siswa Sang Bhagava telah bertindak benar,
Sangha siswa Sang Bhagava telah bertindak patut,
Mereka adalah empat pasang makhluk, terdiri dari delapan jenis makhluk suci. Itulah Sangha siswa Sang Bhagava; patut menerima pujian, patut menerima sambutan, patut menerima persembahan, patut menerima penghormatan; ladang menanam jasa yang tiada taranya bagi makhluk dunia.
BuddhaJayamaṅgala Gāthā
(Syair tentang Kemenangan Sempurna)
Dengan seribu tangan yang masing-masing memegang senjata, dengan menunggang gajah Girimekhala; Mara bersama psaukannya meraung menakutkan. Raja para bijaksanawan menaklukkannya dengan kebajikan dana-paramita. Dengan kekuatan ini semoga Anda mendapat berkah kejayaan.
Lebih dari Mara yang membuat onar sepanjang malam adalah Yakkha Alavaka yang menakutkan, bengis dan beringas. Raja para bijaksanawan menaklukkannya dengan kesabaran. Dengan kekuatan ini semoga Anda mendapat berkah kejayaan.
Nalagiri, gajah mulia yang menjadi mabuk dan garang, sangat kejam bagaikan api hutan, bagai senjata cakra dan bak halilintar. Raja para bijaksanawan menaklukkannya dengan percikan cinta kasih. Dengan kekuatan ini semoga Anda mendapat berkah kejayaan.
Dengan pedang terhunus di tangan yang kokoh kuat, Angulimala yang kejam, dengan berkalung untaian jari berlari mengejar sepanjang jalan tiga yojana. Raja para bijaksanawan menaklukkannya dengan kemampuan pikiran sakti yang mengagumkan. Dengan kekuatan ini semoga Anda mendapat berkah kejayaan.
Setelah memperbesar perutnya dengan potongan kayu laksana wanita hamil, Cinca memfitnah di tengah-tengah banyak orang. Raja para bijaksanawan menaklukkannya dengan keteguhan nan luhur, yakni kedamaian batin. Dengan kekuatan ini semoga Anda mendapat berkah kejayaan.
Saccaka, terbiasa berkata menyimpang dari kebenaran, dengan pikiran buta, mengibarkan pahamnya laksana panji. Raja para bijaksanawan menaklukkannya dengan terangnya pelita kebijaksanaan. Dengan kekuatan ini semoga Anda mendapat berkah kejayaan.
Nandopananda, naga berkesaktian tinggi berpengertian salah. Raja para bijaksanawan menaklukkannya dengan petunjuk kekuatan sakti kepada Moggallana Thera, menyuruh sang Putra menjelma menjadi naga menjinakkannya. Dengan kekuatan ini semoga Anda mendapat berkah kejayaan.
Bagaikan ular yang melilit lengan, demikian pandangan salah dimiliki oleh Brahma Baka yang sakti, yang beranggap diri bersinar cerlang karena kesucian. Raja para bijaksanawan menaklukkannya dengan pengetahuan. Dengan kekuatan ini semoga Anda mendapat berkah kejayaan.
Inilah delapan syair kemenangan sempurna Sang Buddha, yang patut dibaca dan direnungkan setiap hari tanpa rasa malas. Setelah mengatasi aneka macam rintangan, orang bijaksana mencapai kebebasan dan kebahagian.
Jaya Paritta
(Paritta Kemenangan)
Semoga Anda memperoleh berkah kejayaan;
sebagaimana Mahabijaksanawan
yang berjaya atas Mara di bawah pohon bodhi,
mencapai kejayaan yang unggul di antara para Buddha,
yang berbahagia di atas tahta nan mulia dan tak terkalahkan,
yang perkasa di maha pertiwi, pembawa suka-cita kaum Sakya.
Saat berbuat baik; itulah neptu yang baik, berkah yang baik,
fajar yang terang, bangun tidur yang ceria,
waktu yang baik, saat yang baik,
dan disebut telah memuja para suciwan dengan baik.
Setelah melakukan kebaikan-kebaikan, yaitu:
bertindak baik,
berucap baik,
berpikir baik,
berpengharapan baik;
pahala-pahala baiklah yang akan diperoleh.
Mettā bhāvanā
(Pemancaran Cinta Kasih)
Semoga semua makhluk berbahagia,
bebas dari mendengki dan didengki,
bebas dari menyakiti dan disakiti,
bebas dari derita jasmani dan batin,
Semoga semua makhluk dapat menjalankan hidup dengan bahagia.
Pattidāna
(Pelimpahan Jasa)
Semoga timbunan jasa ini melimpah pada Ibu dan Ayah saya,
semoga Ibu dan Ayah saya berbahagia.
Semoga timbunan jasa ini melimpah pada sanak keluarga saya,
semoga sanak keluarga saya berbahagia.
Semoga timbunan jasa ini melimpah pada guru saya,
semoga guru saya berbahagia.
Semoga timbunan jasa ini melimpah pada semua Dewa,
semoga semua Dewa berbahagia.
Semoga timbunan jasa ini melimpah pada semua makhluk Peta,
semoga semua makhluk Peta berbahagia.
Semoga timbunan jasa ini melimpah pada semua musuh,
semoga semua musuh berbahagia.
Semoga timbunan jasa ini melimpah pada semua makhluk,
semoga semua makhluk berbahagia.
Orang yang membaca paritta
dan melakukannya secara teratur
setiap hari
akan memperoleh kemakmuran.
Dia akan memperoleh kekayaan,
kecantikan, kebajikan dan kecerdasan.
Cita-citanya akan tercapai.